Bekerja Maksimal Sesuai Ladang Amalnya
![]() |
| Foto : behaestex.co.id |
Oleh : Adhan Sanusi
Allah membagi ladang amal bagi setiap hamba sesuai posisi dan kemudahan hidup yang Ia anugerahkan. Maka jangan sampai kita sibuk menggarap ladang amal orang lain, sementara ladang amal kita sendiri terbengkalai.
Sebagaimana kata Imam Malik:
قَسَّمَ الْأَعْمَالَ كَمَا قَسَّمَ الْأَرْزَاقَ
فَرُبَّ رَجُلٍ فُتِحَ لَهُ فِي الصَّلَاةِ وَلَمْ يُفْتَحْ لَهُ فِي الصَّوْمِ وَآخَرَ فُتِحَ لَهُ فِي الصَّدَقَةِ وَلَمْ يُفْتَحْ لَهُ فِي الصِّيَامِ وَآخَرَ فُتِحَ لَهُ فِي الْجِهَادِ وَلَمْ يُفْتَحْ لَهُ فِي الصَّلَاةِ وَنَشْرُ الْعِلْمِ وَتَعْلِيمُهُ مِنْ أَفْضَلِ أَعْمَالِ الْبِرِّ
Sesungguhnya Allah Ta’ala itu membagi amal (ibadah) sebagaimana Allah membagi rizki (maksudnya, ada yang sumber rizkinya dari berdagang, menjadi petani, dan seterusnya, pen.). Ada orang yang dibukakan untuknya pintu shalat, namun tidak dibukakan pintu puasa. Sedangkan yang lain, dibukakan pintu sedekah, namun tidak dibukakan pintu puasa. Yang lain lagi, dibukakan pintu jihad, namun tidak dibukakan pintu shalat. Adapun menyebarkan ilmu dan mengajarkannya termasuk di antara amal kebaikan yang paling utama.
(At-Tamhiid, 7: 158 dan Siyar A’laam An-Nubalaa’, 8: 114)
Setiap orang memiliki pintu amal yang lebih mudah dibukakan oleh Allah.
Bagi orang miskin, ladang amal terbaiknya adalah menggunakan tenaga dan waktunya: membaca Al-Qur’an, berdzikir, membantu sesama, atau menebar manfaat dengan jasadnya.
Bagi ahli ilmu ladang amalnya adalah mengajar ummat dengan ilmunya. Waktu-waktu habis untuk belajar mthalaah/menelaah ilmu dan mengajarkan nya.
Sedangkan bagi orang kaya, ladang amal utamanya adalah menginfakkan hartanya untuk menolong agama dan menyejahterakan sesama.
Jangan sampai terbalik—orang kaya sibuk berdzikir dan belajar ilmu (yang tentu mulia), namun lupa pada ladang amal utamanya: menolong agama dengan hartanya.
Demikian pula bagi para pemimpin.
Ladang amal mereka bukan sekadar banyaknya wirid dan bacaan, tetapi bagaimana mereka menyejahterakan rakyat, menegakkan keadilan, dan memastikan amanah berjalan dengan benar. Memastikan rakyat yang terkena musibah segera tertangani dengan gerak cepat dan terkoordinasi.
Ketika seorang pemimpin sibuk dengan amalan pribadi namun lalai mengurus umat, berarti ia meninggalkan ladang yang Allah percayakan padanya. Padahal potensi menjadi orang terbaik sangat besar di dalam jabatan kepemimpinan, sebab kebijakannya menaungi hajat hidup orang banyak.
Maka lihatlah di mana Allah menempatkan kita hari ini.
Apakah sebagai guru, pemimpin, pengusaha, orang tua, atau pelajar — di situlah ladang amal kita.
Boleh saja menambah ilmu dan memperluas kebaikan di bidang lain, tapi jangan sampai ladang utama kita terbengkalai.
Karena Allah tidak melihat sebanyak apa amal yang kita lakukan, tetapi seberapa tepat dan ikhlas kita mengerjakannya sesuai tempat yang Dia tetapkan.
Tulisan ini sebagai pengingat untuk diri sendiri —
agar tetap fokus, bekerja maksimal, dan tidak berpindah ladang sebelum menunaikan amanah yang telah Allah tanamkan di tempat kita berdiri.
⸻
قُلْ كُلٌّ يَّعْمَلُ عَلٰى شَاكِلَتِهٖۗ فَرَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ اَهْدٰى سَبِيْلًاࣖ ٨٤
📖 “Katakanlah: setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.”
(QS. Al-Isra’: 84)

Post a Comment